Unknown
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rosulullah SAW, Kami bersyukur kepada Illahi Robbi yang memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga makalah yang berjudul “ALIRAN-ALIRAN KLASIK DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA” dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan makalah kami mendapatkan bantuan dati beberapa beberapa pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Rohmat dan Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini.
2. Ibu Hj. Sriminarti M.Pd.I selaku dosen pengajar yang telah banyak membimbing dan memberi petunjuk kepada kami.
3. Pihak pengelola perpustakaan dan teman-teman yang telah menyelesaikan dan meminjamkan buku-buku tentang aliran-aliran klasik.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin...

Bojonegoro, 14 Desember 2011

penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN MASALAH
Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya
Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia 2
a. Aliran Empirisme 2
b. Aliran Nativisme 7
c. Aliran Naturalisme 7
d. Hukum Konvergensi 9
e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan
Praktek Pendidikan di Indonesia 13

BAB III PENUTUP
- Kesimpulan 14
Daftar Pustaka 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tulisan ini membahas tentang “Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia” setiap aliran mempunyai ciri masing-masing dan pengaruhnya aliran-aliran klasik terhadap pemkiran indonesia yakni aliran-aliran tersebut dimulai dari upaya-upaya pendidikan utamanya persekolahan dari penguasa penjajah belanda kemudian disusul oleh orang-orang indonesia yang belajar di negeri belanda pada masa penjajahan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Ada berapapakah Aliran-aliran klasik di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruhnya terhadap pemikiran pendidikan di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Aliran-Aliran Klasik di Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemikiran pendidikan di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan kaum nativisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa tu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Ajaran-ajaran pokok empirisme yaitu:
1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.
a. John Locke (1632-1704)
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke :
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.
Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).
b. David Hume (1711-1776).
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776 di kota yang sama. Hume seorang nyang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat. Karya tepentingnya ialah an encuiry concercing humen understanding, terbit tahun 1748 dan an encuiry into the principles of moral yang terbit tahun 1751.
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch myself at any time without a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression). Pemikiran ini lebih maju selangkah dalam merumuskan bagaimana sesuatu pengetahuan terangkai dari pengalaman, yaitu melalui suatu institusi dalam diri manusia (impression, atau kesan yang disistematiskan ) dan kemudian menjadi pengetahuan. Di samping itu pemikiran Hume ini merupakan usaha analisias agar empirisme dapat di rasionalkan teutama dalam pemunculan ilmu pengetahuan yang di dasarkan pada pengamatan “(observasi ) dan uji coba (eksperimentasi), kemudian menimbulkan kesan-kesan, kemudian pengertian-pengertian dan akhirnya pengetahuan, rangkaian pemikiran tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:
Beberapa Jenis Empirisme
1. Empirio kritisisme
Disebut juga Machisme. ebuah aliran filsafat yang bersifat subyaktif-idealistik. Aliran ini didirikan oleh Avenarius dan Mach. Inti aliran ini adalah ingin “membersihkan” pengertian pengalaman dari konsep substansi, keniscayaan, kausalitas, dan sebagainya, sebagai pengertian apriori. Sebagai gantinya aliran ini mengajukan konsep dunia sebagai kumpulan jumlah elemen-elemen netral atau sensasi-sensasi (pencerapan-pencerapan). Aliran ini dapat dikatakan sebagai kebangkitan kembali ide Barkeley dan Hume tatapi secara sembunyi-sembunyi, karena dituntut oleh tuntunan sifat netral filsafat. Aliran ini juga anti metafisik.
2. Empirisme Logis
Analisis logis Modern dapat diterapkan pada pemecahan-pemecahan problem filosofis dan ilmiah. Empirisme Logis berpegang pada pandangan-pandangan berikut :
a. Ada batas-batas bagi Empirisme. Prinsip system logika formal dan prinsip kesimpulan induktif tidak dapat dibuktikan dengan mengacu pada pengalaman.
b. Semua proposisi yang benar dapat dijabarkan (direduksikan) pada proposisi-proposisi mengenai data inderawi yang kurang lebih merupakan data indera yang ada seketika
c. Pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat kenyataan yang terdalam pada dasarnya tidak mengandung makna.
3. Empiris Radikal
Suatu aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi. Apa yang tidak dapat dilacak secara demikian itu, dianggap bukan pengetahuan. Soal kemungkinan melawan kepastian atau masalah kekeliruan melawan kebenaran telah menimbulkan banyak pertentangan dalam filsafat. Ada pihak yang belum dapat menerima pernyataan bahwa penyelidikan empiris hanya dapa memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang belum pasti (Probable). Mereka mengatakan bahwa pernyataan- pernyataan empiris, dapat diterima sebagai pasti jika tidak ada kemungkinan untuk mengujinya lebih lanjut dan dengan begitu tak ada dasar untukkeraguan. Dalam situasi semacam iti, kita tidak hanya berkata: Aku merasa yakin (I feel certain), tetapi aku yakin. Kelompok falibisme akan menjawab bahwa: tak ada pernyataan empiris yang pasti karena terdapat sejumlah tak terbatas data inderawi untuk setiap benda, dan bukti-bukti tidak dapat ditimba sampai habis sama sekali.

b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.
Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tdak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi, kalau benar pendapat tersebut, percumalah kita mendidik; atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, hal ini disebut pesimisme pedagogis

c. Aliran Naturalisme
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam ( Harold H. Titus e.al. 1984).
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan (tangan manusia). Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. Oleh karena itu sebagai pendidik Rosseau mengajukan “ pendidikan alam”, artinya anak hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya. Pendapat Rosseau ini terlihat pula pada pendiriannya tentang hukuman dalam pendidikan.
Aliran filsafat pendidikan Naturalisme lahir sebagai reaksi terhadap aliran filasafat pendidikan Aristotalian-Thomistik. Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami perkembangan pada abad ke-18. Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains. Ia berpandangan bahwa "Learned heavily on the knowledge reported by man's sense". Filsafat pendidikan ini didukung oleh tiga aliran besar yaitu Realisme, Empirisme dan Rasionalisme. Semua penganut Naturalisme merupakan penganut Realisme, tetapi tidak semua penganut Realisme merupakan penganut Naturalisme.2) Imam Barnadib menyebutkan bahwa Realisme merupakan anak dari Naturalisme.3) Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran Realisme sejalan dengan Naturalisme.
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam.
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi naturalis dimulai jauh hari sebelum anak lahir, yakni sejak kedua orang tuanya memilih jodohnya. Tokoh filsafat pendidikan naturalisme adalah John Dewey, disusul oleh Morgan Cohen yang banyak mengkritik karya-karya Dewey. Baru kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Herman Harrell Horne, dan Herbert Spencer yang menulis buku berjudul Education: Intelectual, Moral, and Physical. Herbert menyatakan bahwa sekolah merupakan dasar dalam keberadaan naturalisme. Sebab, belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”. Kelima tujuan itu adalah (1) Pemeliharaan diri; (2) Mengamankan kebutuhan hidup; (3) Meningkatkan anak didik; (4) Memelihara hubungan sosial dan politik; (5) Menikmati waktu luang.
Spencer juga menjelaskan enam prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme. Delapan prinsip tersebut adalah (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam; (2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik; (3) Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak; (4) Memperbanyak imlu pengetahuan merupakan bagian penting dalam pendidikan; (5) Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik, sekaligus otak; (6) Praktik mengajar adalah seni menunda; (7) Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus dilakukan secara simpatik. (J. Donald Butler :tt)

d. Hukum Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
Dengan adanya pendapat William Stern itu dapatkah kita katakan bahwa persoalan tentang pembawaan dan lingkungan itu sudah selesai? Belum!. Dalam aliran yang menganut hukum konvergensi itu masih terdapat dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi ini lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan dari pada pengaruh lingkungan, dan dipihak lain mereka yang lebih menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikan.
Sementara itu, kita belum puas pula atas jawaban dari hukum konvergensi itu, yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan (merupakan hasil) dari dua buah faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Kalau hal itu kita renungkan benar-benar, belum tepatlah, kiranya hal itu diperuntukan bagi perkembangan manusia. Mungkin kata itu lebih tepat dan benar jika kita katakan terhadap perkembangan hewan dari pada terhadap manusia.
Benarkah kalau kita mengatakan, “saya ini adalah hasil pembawaan saya dan lingkungan saya”? Jika pertanyaan itu benar, seolah-olah manusia itu hanya merupakan hasil dari proses alam, yaitu pembawaan dan lingkungan belaka. Jika pembawaannya itu dan lingkungannya begitu, manusia akan demikian; dan jika pembawaanya itu dan lingkungannya begini, manusianya adalah lain lagi, dan sebagainya. Jadi seolah-olah proses perkembangan pada manusia itu sama halnya dengan proses yang terjadi dalam ilmu kimia.
Kalau begitu soalnya, tentu akan lebih mudah lagi tugas ahli-ahli pendidik itu, yaitu tinggal mencari jalan untuk mengetahui pembawaan seseorang (kalau memang pembawaan itu dapat diketahui dengan pasti dan segera), dan kemudian mengusahakan suatu lingkungan atau pedidikan yang baik dan sesuai.
Tetapi tidak hanya itu! Binatang memanglah hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Binatang hanya terserah kepada pembawaan keturunnya dan pengaruh-pengaruh lingkungannya. Perkembangan pada binatang seluruhnya ditentukan oleh kodrat, oleh hukum-hukum alam.
Tetapi perkembangan manusia bukan hasil belaka dari pembawaan dan lingkungannya; manusia tidak hanya diperkembangkan, tetapi ia memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya sendiri dengan bebas. Karena itulah, ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya; ia dapat juga mengambil keputusan yang lain dari apa yang pernah diambilnya.
Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungan yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga. Hasil perkembanganseseorang tidak mungkin dapat dibaca dari pembawaan dan lingkungan saja.
Sebagai kesimpulan dapat kita katakan bahwa jalan perkembangan manusia sedikit banyaknya ditentukan oleh pembawaan yang turun-teurun, yang oleh aktivitas dan pemilihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan tertentu, berkembang menjadi sifat-sifat.
Sebuah contoh sebagai penjelasan: ada seseorang anak yang mempunyai cacat badan dan mempunyai perasaan rendah diri (M.C.) dan pemalu. Kalau kita katakan tentang anak itu: ia mempunya perasaan kurang harga diri dan pemalu karena mempunyai cacat badan, mungkin betul dan dapat kita setujui. Tetapi, kalau kita mengatakan bahwa badan yang cacat itu tentu menimbulkan perasaan kurang harga diri dan pemalu, kita tidak dapat membenarkan. Sebab, akibat-akibat dari cacat itu semata-mata bergantung kepada bagaimana si anak itu mengalami cacatnya. Mungkin juga adanya cacat bagi anak itu bahkan menjadi pendorong untuk mempertinggi prestasi-prestasinya, sehingga setelah berhasil menjadikan anak itu seorang yang berjiwa besar, tidak lekas putus-asa, dan tidak pemalu.
Dari uraian diatas nyatalah sekarang bahwa pertanyaan, “Manakah yang menentukan perkembangan itu, pembawa ataukah lingkungan?” atau, “Manakah yang lebih kuat, dasar atau ajar?” bukanlah persoalan yang perlu dicari jawabannya, suatu pertanyaan yang jawabnya tidak ada. Semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat berkata-kata karena ia mempunyai pembawaan berkata-kata, tetapi karena ia mempunyai kesempatan melatih dii untuk berkata-kata (lingkungan). Jika, salah satu dari kedua faktoritu tidak ada, tidaklah mungkin kepandaian berkata-kata dapat berkembang.
Mungkin akan lebih berati jika pertanyaan tersebut di atas diubah sebagai berikut, “sampai dimanakah pembawaan dan lingkunganitu bertanggung jawab pada suatu perkembangan tertentu?” Jika demikian, jawabannya dapat kita rumuskan dengansingkat sebagai berikut: tiap-tiap sifat dan ciri-ciri manusia, dalam perkembangan ada yang lebih ditentukan oleh pembawaannya dan ada pula yang lebih ditentukan oleh lingkungannya.
Dari rumusan tersebut jelaslah bahwa tidak perlu kita mempersoalkan manakah yang lebih kuat atau lebih menentukan diantara pembawa dan lingkungan, tehadap perkembangan manusia.
Biarpun demikian, dari pelajaran ilmu jiwa kita mengetahui bahwa kebanyakan para ahli psikologi individual (antara lain Alferd Adler dan Kunkel) lebih menitikberatkan kepada pengaruh lingkungan, sedangkan ahli-ahli biologi dan ahli ahli ilmu jiwa yang lain lebih menekankan kepada kekuatan atau pengaruh pembawaan atau keturunan.

e. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai di kenal di Indonesia melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa penjajah belanda dan di susul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di negeri belanda pada masa penjajahan. Setelah kaemerdekaan Indonesia, gagasan-gagasan dalam aliran-aliran pendidikan itu masuk ke Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang belajar di berbagai Negara di eropa, amaerika serikat dan lain-lain. seperti yang di ketahui, sistem persekolahan di perkenalakn oleh pemerintah colonial belanda di Indonesia, sebelum masa itu pendidikan di Indonesia terutama oleh keluarga dan oleh masyarakat (kelompok belajar/padepokan, lembaga keagamaan/pesantren, dan lain-lain).



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Aliran-aliran klasik dalam pendidikan adalah empirisme, nativisme, naturalisme dan konvergensi.
Aliran klasik pendidikan tersebut juga mempengaruhi pola pendidikan masyarakat Indonesia yang rendah. Mereka yang berpendidikan, juga menanamkan konsep aliran klasik dalam pendidikan anaknya.
Menurut pandangan Islam, dari aliran klasik pendidiikan yang ada, konvergensi lah yang memenuhi syarat pendidikan. Walaupun kalau menurut Islam masih harus berpijak pada Al-Qur’an sebagai landasan pendidikan.
Pendidikan islam dengan berbagai model dan corak metode aliranya harus berupaya membangun pendidikan yang relevan dan bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat islam Indonesia, menyelenggarakan pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, pendidikan yang demokratis dan profesional, berusaha mengurangi peran pemerintah dalam implementasi pendidikan dan merampingkan birokrasi pendidikan sehingga lebih fleksibel dalam pelaksanaan pendidikan.
Konsep pendidikan islam senantiasa terus berkembang dan menghendaki pembaruan yang disesuaikan dengan irama perkembangan dan kemajuan peradapan serta persoalan-persoalan yang dihadapai umat manusia.


DAFTAR PUSTAKA :
1. Purwanto, Ngalim, Drs. M., 1972, Ilmu Pendidikan, Paket Pengajaran pada Proyek Kerjasama PT Stanvac-Indonesia, Pendopo, dengan IKIP Jakarta
2. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/08/filsafat-naturalisme/
3. http://re-searchengines.com/0308hakiki.html
4. http://astaqauliyah.com/2007/01/20/filsafat-naturalisme/

0 Responses

Sheila Gank Indonesia Bersatu

Bukan maksud pamer atau apa,, tapi ini bertujuan agar kita bisa saling mengenal dan suatu saat bila kita pergi kesuatu daerah dimana ada SG disitu maka kita bisa menghubunginya,, ya bisa jadi TOUR GADE lah buat Sg yang lain,,

1. Gorontalo Sheila Gank - Gorontalo - 0435 8850507
2. Wid AfriaNi EL'leiTe Pekan Baru 082172055507
3. LAut itu indah 085716424507
4. Bayu Sakti Nasikin SG7 Jatim-Bojonegoro ‎085748059507
5. Ari Ramadhani ‎081953739507
6. Dicky Che Jackiechan ‎08787906623
7. Yang Mulia Fahmid - Gorontalo - 085256450507 - 085241591507 - 083132012507
8. Ala Sajo Muara Labuh Padang 087895096507
9. Danang Ramdani 085859870507
10. Jeffry Zailani Ismail - Gorontalo - 085796573507 - 085399207507
11. Van Martubz - Gorontalo - 085657327507 - 085298258507
12. Adetya Duta Modjo - Gorontalo - 081943494507 - 085340100507
13.CiCie CHeely ‎085750750507
14. Akhdiyat Jueq Modjo 085691304507
15.‎ Aris dan Duta Pemalang, petarukan 087881718523
16. Aix Ngorag Uklikuklik Sheilagank bojonegoro 085233312507
17. Arivin Candra On Seven ‎085643556507
18. Yudie Sheila Gank 085267434507
18. Ahmadmustolih Ancit Sheilagank Banjar-ciamis ‎085846699507
19. Obbie Scooterist Sheilagank‎085710137507-02196197507
20. Adhe Berhenti Berharap 081310236507
21. Ryan Candra 087834947507 - 085229016507 - 085868066507
22. Obbie Scooterist Sheilagank ‎+62857101375O7

Tunjuk Satu Bintang

[Jangan Lupa diutup]

Jalan Terus

Terima Kasih Bijaksana