KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepaada illahi Robbi yang telah memberikan hidayah serta taufik-nya kepada kami sehingga makalah yang berjudul “PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI MANUSIA“ dapat terselesaikan.
Dalam Penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah swt yang telah memberi rahmat dan karunia kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
2. BU Hj. Sri Minarti,M.Pd.I Selaku dosen pengajar yang telah banyak membimbing dan memberi petunjuk kepada kami.
3. Pihak pengelola perpustakaan dan temen-teman yang telah menyediakan dan meminjamkan buku-buku tente\ang ilmu pedidikan.
Kami menyadari bahwa penulis makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan Kritik dan Saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Bojonegoro, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumus Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
A. Keharusan Pendidikan 2
B. Kemungkinan Pendidikan 3
C. Batas-batas Kemungkinan 5
D. Pandangan Islam 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
Daftar Pustaka 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Dengan pendidikan akan membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia alam, mengembangkan fitrah manusia yang merupakan potensi untuk berkembang. Pendidikan itu untuk membentuk kepribadian dan memahami ilmu pengetahuan. Manusia sangat membutuh-kan pendidikan, mulai dari dilahirkan ia sudah membutuhkan bantuan. Bantuan itulah awal dari kegiatan pendidikan. Lain halnya dengan binatang, binatang “mendidik” anaknya secara instingtif. Kepandaian mendidik yang ada pada binatang bukan karena dipelajati dari binatang lain, melainkan kepandaian yang sudah ada pada binatang dan sifatnya tetap. Manusia adalah makhluk yang lebih tinggi dari binatang, manusia adalah makhluk yang berbudi, berpikir. Dengan adanya budi dan pikiran, manusia dapat menimbang-nimbang mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak. Ia lebih baik bebas dalam melakukannya, tetapi pertangungjawabannya lebih besar pula. Sedangkan pada binatang tidak demikian. Perbuatan binatang terikat oleh alam.
B. RUMUSAN MASALAH
• Mengapa manusia harus dididik/mendidik?
• Mengapa manusia dapat dididik/mendidik?
• Bagaimana batas-batas kemungkina pendidikan?
• Bagaimana pandangan Islam terhadap pendidikan dan manusia?
C. TUJUAN MASALAH
• Untuk mengetahui keharusan pendidikan.
• Untuk mengetahui kemungkinan pendidikan
• Untuk mengetahui batas-batas kemungkinan pendidikan
• Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap pendidikan dan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Pandangan pendidikan tentang manusia sebagai animal education adalah pandangan pendidikan tentang hakikat manusia sebgai makhluk yang secara biologis, fisik tidak jauh beda dengan hewan, tetapi tidak membedakan dirinya dengan hewan, tetapi dapat membedakan dirinya dengan hewan dengan usaha yang bersifat pendidikan (Syaifullah, 1982 : 14) Mj. Langeveld yang memandang manusia sebagai animal education yang mengandung makna bahwa manusia merupakan makhluk yang perlu dididik. Berdasarakan pandangan tersebut, manusia akan berasumsi pada ketentuan-ketentuan:
A. Keharusan pendidikan, mengapa manusia harus Dididik/Mendidik?
Menurut langeveld anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggung jawab seseorang pendidik tertentu. Anak didik adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya secara jasmani maupun rohani.
Manusia adalah subjek pendidikan sekaligus objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia (dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggara-kan pendidikan secara moral, berkewajiban atas perkembangan pribadi anak-anak mereka. Sebagai objek pendidikan, manusia (anak) merupakan sasaran pembinaan dalam melaksanakan pendidikan yang pada hakikatnya ia memiliki pribadi yang sama seperti manusia dewasa namun karena kodratnya belum berkembang (Sadullah, 2001:80). Dalam realita sekarang ini banyak anak didik yang moralnya buruk, seperti tawuran, memakai narkoba, dll. Untuk itu pendidikan agama harus ditingkatkan, baik itu di keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Dengan ditanamkannya ajaran tentang agama sejak dini sehingga anak didik akan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Betapa pentingnya pendidikan agama bagi warga negara Indonesia, terbukti dari peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama diberikan sejak anak itu bersekolah di TK sampai perguruan tinggi.
Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu :
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan khusus memerlukan waktu yang lama.
3. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, ia tidak akan berperilaku manusia seandainya tidak hidup bersama manusia lainnya.
Dari asmusi-asumsi tersebut maka dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan akan dapat membantu manusia untuk merealisasikan dirinya, memanusiakan manusia.
B. Kemungkinan pendidikan, mengapa manusia dapat didik/mendidik
Manusia dengan hewan memilki persamaan dalam struktur fisik dan perlakuan secara fisik. Perilaku hewan seluruhnya didasakrkan atas insting, begitu pula prinsipnya, manusia memiliki perilaku yang didasarkan atas insting. Insting pada hewan berlaku selama hidupnya, sedangakan pada manusia peranan insting akan diganti oleh kemampuan akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pembicaraan tentang pendidikan tidak bermakna apa-apa tanpa membicarakan manusia.
Pendidikan hanya akan menyentuh manusiawi dan yang memiliki ciri-ciri sebgai berikut:
1. Manusia dapat untuk menguasai hawa nafsunya.
2. Manusia memiliki kesadaran intelektual dan seni. Manusia dapat mengembangkan pengembangan dan teknologi sehingga menjadikan ia sebagai makhluk berbudaya.
3. Manusia memilki kesadaran diri.
4. Manusia adalah makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sama berorganisasi dan bernegara.
5. Manusia memiliki bahasa, simbolis baik secara tertulis maupun lisan
6. Manusia dapat menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika). Manusia memilki mata hati / hati nurani.
7. Manuisa dapat berkomunikasi dengan Tuhan YME. Sebagai pencipta alam semesta.
Ciri-ciri tersebut sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Dengan ciri-ciri itulah manusia dapat dididik dan dapat memperbaiki perilakunya. Hanya manusialah yang dapat didik dan memungkinkan dapat menerima pendidikan.
Pendidikan yang dilakukan binatang-binatang tidak sama dengan pendidikan yang dilakukan manusia. Manusia mempunyai kelebihan dari binatang. Binatang “mendidik” anaknya secara instingtif. Kepandaian mendidik yang ada pada binatang bukan karena dipelajari dari binatang lain, melainkan kepandaian yang sudah ada pada tiap-tiap jenis binatang dan sifatnya tetap. Belajar demikian dalam psikologi disebut belajar instingtif. Ada pula jenis binatang yang dapat dilatih untuk melakukan sesuatu tetapi hasil atau prestasi dari latihan. Latihan itu sifatnya tetap dan tertentu. Tindakan yang dilakukan hewan secara otomatis dan tanpa rencana dan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Jadi tindakan yang dilakukan terhadap hewan bukanlah pendidikan melainkan “dresur”.
Diantara situasi pendidikan dengan situasi dresur terdapat perbedaan. Pertama-tama, pada tindakan insting tidak terdapat pengertian tentang tujuan terakhir dan tindakan itu. Contoh : Bayi yang baru lahir, yang menyusu, tidak tahu bahwa dengan begitu ia sedang mengambil makanan, apalagi mengetahui bahwa hal itu sangat perlu untuk kelangsungan hidupnya. Jadi, disini tidak ada pandangan tentang apa yang akhirnya harus dicapai. Bayi tadi menurut terus pada nafsu. Begitu pula anjing mengejar binatang buruan karena menuruti kecendrungan bawaannya. Ia tidak dapat bertindak lain, ia didorong kesitu. Disinilah terlihat ciri kedua ciri yang pertama dari tindakan instingtif ialah tindakan itu dilakukan sekaligus tidak sesudah dipelajari beberapa percobaan; tindakan itu tidak dipelajari dan tidak berdasarkan pengalaman dari tindakan insting : tindakan itu otomatis dan tidak bebas.
Dalam situasi dresur tidak terdapat kedua ciri ini, tentu saja menyenangkan bagi yang merawat dan bagi bayi sendiri, jika ia ingin makan pada waktu-waktu tertentu dan sungguhlah menguntungkan bahwa anjing pembantu memburu kita mengejar mangsa. Tetapi, tindakan-tindakan ini menurut susila tidaklah baik dan juga tidaklah buruk. Karena hal itu hanya keluar dari pengubahan buatan pada insting-insting bawaan, dengan cara pembawaan dan latihan-latihan
C. Batas-batas kemungkinan
Dalam menentukan batas-batas pendidikan, manusia akan menemui beberapa pertanyaan tentang kapan pendidikan dimulai dan bilamana pendidikan berakhir.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
اطلب العلم من المهد الى اللحد
“Carilah ilmu daria buaian sampai lliang lahat”
Dan juga pernah kita temukan satu istilah dalam bahasa Inggris yang menyatakan : “long live education” yang artinya pendidikan seumur hidup.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia. Sepanjang ia mampu menerima pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.
Namun dalam mengalami proses pendidikan, manusia akan mendapat pendidikan, dimana akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu (daradjat, 2000:48).
1. Kapan pendidikan itu dimulai ?”
Pedidikan dimulai dengan pemeliharaan yang akan merupakan persiapan kearah pendidikan nyata yaitu pada minggu dan bulan pertama anak dilahirkan. Sedangkan pendidikan yang sebelumnya baru saja terjadi kemudian. Pendidkan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat murni, sebab pada pendidikan murni di perlukan adanya kesadaran mental pada si terdidik. Dari segi psikologis usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa berkembang atau masa krisis. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Disini pulalah mulai terbuka penyelenggarakan pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya kearah tujuan pendidikan.
2. Bila mana pendidikan itu berakhir?
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesunggunya pendidikan anak berlangsung pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapan pendidikan berlangsung untuk terakhir kalinya. Sehubungan dengan itu, perlu suatu kehati-hatian kalau ingin menga-takan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku, proses pendidikan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir bersifat prinsipel dan tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya, pada kondisi yang disebutkan diatas pendidikan sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri tetapi tidaklah dapat disangkal bahwa mungkin juga diperlukan untuk tetap menerima ajaran dalam bidang-bidang tertentu dalam memajukan kehidupannya. Bantuan pendidikan yang demikian itu disebut pembentukan manusia dewasa. Adapun secara umum yang disebut manusia dewasa yaitu :
a. Manusia mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantungan diri pada orang lain
b. Manusia yang bertanggung jawab, yaitu manusia yang dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatannya
c. Manusia yang telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan dan sekaligus memiliki kesanggupan untuk melaksanakan norma dan norma tersebut.
D. Pandangan Islam
1. Pandangan Islam terhadap pendidikan
Agama Islam mempunyai misi untuk memberikan rahmat kepada makhluk sekalian alam agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Ayat Al-Quran menyatakan :
وما ارسلناك الا رحمة للعالمين
Artinya:
“Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan memberi rahmat untuk semesta alam”
Ini mengandung pengertian tentang hakikat misi Islam tersebut, sebagai pembawa misi, Islam menunjukkan implikasi-implikasi pendidikan yang bergaya imeperatif, motivatif dan persesuasive.
Adapun beberapa prinsip yang mendasari pandangan tersebut adalah yaitu:
a. Nilai-nilai yang mendasari pandangan tersebut yaitu muslim, baru dapat terserap bilamana ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan yang baik.
b. Tujuan hidup manusia muslim untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat baru benar-benar disadari dan dihayati bilamana dibina melalui proses pendidikan yang berkesinambungan.
c. Posisi dan fungsi manusia sebagai hamba Allah baru dapat dipahami dan dihayati bilamana ditanamkan kesadaran tentang perlunya sikap orientasi berhubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam sekitar serta dengan dirinya sendiri
d. Kelengkapan-kelengkapan dasar yang diberikan dalam diri manusia berupa fithrah. Kelengkapan dasar tersebut tidak mungkin dapat berkembang bila tidak didukug melalui proses pendidikan secara optimal.
e. Secara universal, membudayakan manusia melalui agama tanpa melalui proses kependidikan akan sulit direalisasikan karena pendidikan adalah sarana membudayakan manusia.
Inilah esensi dari implikasi Islam yang menitikberatkan pada proses pendidikan manusia dalam rangka konservasi dan transformasi serta internalisasi nilai-nilai dalam kehidupan seperti yang dikehendaki oleh agama Islam agar mereka tetap berada dalam Islam sampai meninggal dunia (Arifin, 2006:33)
Pendidikan memiliki nilai strategis bagi Islam bagaimana Islam dapat disebarluaskan oleh Rosulullah kepada Umat manusia bila tanpa lewat pendidikan dan pengajran, baik secara tulisan, lisan maupun perbuatan (demonstrasi). Bahkan Rosulullah dalam suatu riwayat memerintahkan pembebasan tawanan perang badar, uhud dan lainnya dengan tebusan mengajar baca tulis kepada kaum muslimin.
Prof. Dr. Athiyah Al-Abrasi menyebutkan perlu diselengga-rakan pendidikan untuk menanamkan akhlaq yang mulia, menanamkan fadlillah kedalam jiwa siswa, membiasakan mereka berpegang kepada moral yag luhur dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara istilah dan insaniyah (pri Kemanusiaan) serta mempergunakan waktunya untuk belajar ilmu-ilmu duniawi dan agama tanpa memandang keuntu-ngan-keuntungan materi (Athiyah Al-Abrasi, 1970), demikian halnya pendapat Prof. Dr. Mahmud Yunus (1978). Berikut ayat Al-Qur’an yang mengandung implikasi kependidikan:
•
Artinya:
“sesungguhnya didalam kejadian langit dan bumi terdapat tanda-tanda (kebenaran Allah) bagi orang-orang yang berakal” (Qs. Ali imron :190)
Banyak nash-nash dalam Al-Qur’an ataupun Hadits yang menyiratkan pentinnya pendidikan bagi pembentukan kepribadian dan memahami ilmu pengetahuan. Sepearti dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf: 179
•
”Dan sesungguhnya kami jadikan untuk mereka jahanam, kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati (tetapi) tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah) dan mereka mempunyai telinga(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, Bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Ayat di atas merupakan teguran keras dari Allah SWT terhadap orang yang tidak mau menggunakan indera & potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan ketaqwaan diri kepada-Nya, karena dengan lewat indera tersebut bertambah ilmu pengetahuannya.
Dan hadits riwayat dari As’ad bin Syar’i :
كل مولود يولد على الفطرة حتى يعرب عنه لسانه فأبواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه
“setiap anak dilahirkan atas fitrah hingga fasih lisannya, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti, 1958 :255)
2. Pandangan orang Islam terhadap manusia.
Manusia adalah makhluk Allah, ia dan alam semesta bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Allah. Firman Allah:
•
Artinya:
“Allah lah menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (kembali di akhirat) “ (Qs. Ar-Rum : 40)
Melalui ajaran inilah kita melihat dan mengetahui pandangan Islam menenai manusia. Prof. Dr. Omar Muhammad At-Taumi Al Syaibani memperinci pandangan Islam terhadap manusia itu atas 8 prinsip:
1. Kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk termulia didalam jagat raya ini.
2. Kepercayaan akan kemuliaan manusia.
3. Kepercayaan bahwa manusia adalah hewan yang berfikir.
4. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunai 3 dimensi yaitu badan akal dan ruh
5. Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktor warisan (pembawaan) dan alam lingkungan.
6. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai motivasi dan kebutuhan.
7. Kepercayaan bahwa ada perbedaan perseorangan di antara manusia.
8. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai keluhan sifat dan selalu berubah.
Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam akan kita lihat 3 titik :
1. Manusia sebagai Makhluk yang mulia.
2. Manusia sebagai Khalifah Allah di bumi.
3. Manusia sebagai Makhluk paedagogik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan Sebagai berikut:
a. Pandangan pendidikan tentang manusia sebagai animal education adalah pandangan pendidikan tentang hakekat manusia sebagai makhluk yang secara biologis, fisik, tidak jauh beda dengan hewan, tetapi dapat membedakan dirinya dengan hewan dengan usaha yang bersifat pendidikan.
b. Alasan yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan adalah karena manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya.
c. Alasan mengapa manusia dapat dididik karena manusia adalah makhluk sosial.
d. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia sepanjang ia mampu menerima pengaruh.
e. Pandangan Islam terhadap pendidikan yaitu nilai-nilai yang mendasari pandangan tersebut yaitu muslim, baru bisa ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan yang baik.
f. Pandangan pendidikan terhadap manusia yaitu kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk termulia di alam jagat raya ini.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gielen, Prof. J dan Strasser, Prof. S. 1960, Ilmu Mendidik, Bagian A dan B Dasar-Dasar Pendidikan, diterjemahkan oleh PTPG / IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Panitia Buku Untuk Pendidikan Guru, 1967; Ilmu Mendidik, Bandung : Panitia Buku Untuk Pendidikan Guru.
3. Purwanto, ngalim, Drs. M. 1972, Ilmu Pendidik, Paket Pengajaran Pada Proyek Kerja Sama PT Stanvac-Indonesia , Pendopo, dengan IKIP Jakarta.
4. Purwanto, ngalim, Drs. M. 1984, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Karya.
5. http://m- arif–am.blogspot.com/2010/09/drs–m–arif–am–ma–html.
6. http://enjabpunya.blogspot.com/2010/01/manusia–disebut–dengan–animal–education–html.
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepaada illahi Robbi yang telah memberikan hidayah serta taufik-nya kepada kami sehingga makalah yang berjudul “PENTINGNYA PENDIDIKAN BAGI MANUSIA“ dapat terselesaikan.
Dalam Penyusunan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah swt yang telah memberi rahmat dan karunia kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
2. BU Hj. Sri Minarti,M.Pd.I Selaku dosen pengajar yang telah banyak membimbing dan memberi petunjuk kepada kami.
3. Pihak pengelola perpustakaan dan temen-teman yang telah menyediakan dan meminjamkan buku-buku tente\ang ilmu pedidikan.
Kami menyadari bahwa penulis makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan Kritik dan Saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.
Bojonegoro, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumus Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
A. Keharusan Pendidikan 2
B. Kemungkinan Pendidikan 3
C. Batas-batas Kemungkinan 5
D. Pandangan Islam 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
Daftar Pustaka 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang sangat urgen dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Dengan pendidikan akan membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia alam, mengembangkan fitrah manusia yang merupakan potensi untuk berkembang. Pendidikan itu untuk membentuk kepribadian dan memahami ilmu pengetahuan. Manusia sangat membutuh-kan pendidikan, mulai dari dilahirkan ia sudah membutuhkan bantuan. Bantuan itulah awal dari kegiatan pendidikan. Lain halnya dengan binatang, binatang “mendidik” anaknya secara instingtif. Kepandaian mendidik yang ada pada binatang bukan karena dipelajati dari binatang lain, melainkan kepandaian yang sudah ada pada binatang dan sifatnya tetap. Manusia adalah makhluk yang lebih tinggi dari binatang, manusia adalah makhluk yang berbudi, berpikir. Dengan adanya budi dan pikiran, manusia dapat menimbang-nimbang mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak. Ia lebih baik bebas dalam melakukannya, tetapi pertangungjawabannya lebih besar pula. Sedangkan pada binatang tidak demikian. Perbuatan binatang terikat oleh alam.
B. RUMUSAN MASALAH
• Mengapa manusia harus dididik/mendidik?
• Mengapa manusia dapat dididik/mendidik?
• Bagaimana batas-batas kemungkina pendidikan?
• Bagaimana pandangan Islam terhadap pendidikan dan manusia?
C. TUJUAN MASALAH
• Untuk mengetahui keharusan pendidikan.
• Untuk mengetahui kemungkinan pendidikan
• Untuk mengetahui batas-batas kemungkinan pendidikan
• Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap pendidikan dan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Pandangan pendidikan tentang manusia sebagai animal education adalah pandangan pendidikan tentang hakikat manusia sebgai makhluk yang secara biologis, fisik tidak jauh beda dengan hewan, tetapi tidak membedakan dirinya dengan hewan, tetapi dapat membedakan dirinya dengan hewan dengan usaha yang bersifat pendidikan (Syaifullah, 1982 : 14) Mj. Langeveld yang memandang manusia sebagai animal education yang mengandung makna bahwa manusia merupakan makhluk yang perlu dididik. Berdasarakan pandangan tersebut, manusia akan berasumsi pada ketentuan-ketentuan:
A. Keharusan pendidikan, mengapa manusia harus Dididik/Mendidik?
Menurut langeveld anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggung jawab seseorang pendidik tertentu. Anak didik adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidiknya untuk dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya secara jasmani maupun rohani.
Manusia adalah subjek pendidikan sekaligus objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia (dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggara-kan pendidikan secara moral, berkewajiban atas perkembangan pribadi anak-anak mereka. Sebagai objek pendidikan, manusia (anak) merupakan sasaran pembinaan dalam melaksanakan pendidikan yang pada hakikatnya ia memiliki pribadi yang sama seperti manusia dewasa namun karena kodratnya belum berkembang (Sadullah, 2001:80). Dalam realita sekarang ini banyak anak didik yang moralnya buruk, seperti tawuran, memakai narkoba, dll. Untuk itu pendidikan agama harus ditingkatkan, baik itu di keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Dengan ditanamkannya ajaran tentang agama sejak dini sehingga anak didik akan dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Betapa pentingnya pendidikan agama bagi warga negara Indonesia, terbukti dari peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama diberikan sejak anak itu bersekolah di TK sampai perguruan tinggi.
Ada beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu :
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan khusus memerlukan waktu yang lama.
3. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, ia tidak akan berperilaku manusia seandainya tidak hidup bersama manusia lainnya.
Dari asmusi-asumsi tersebut maka dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan akan dapat membantu manusia untuk merealisasikan dirinya, memanusiakan manusia.
B. Kemungkinan pendidikan, mengapa manusia dapat didik/mendidik
Manusia dengan hewan memilki persamaan dalam struktur fisik dan perlakuan secara fisik. Perilaku hewan seluruhnya didasakrkan atas insting, begitu pula prinsipnya, manusia memiliki perilaku yang didasarkan atas insting. Insting pada hewan berlaku selama hidupnya, sedangakan pada manusia peranan insting akan diganti oleh kemampuan akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pembicaraan tentang pendidikan tidak bermakna apa-apa tanpa membicarakan manusia.
Pendidikan hanya akan menyentuh manusiawi dan yang memiliki ciri-ciri sebgai berikut:
1. Manusia dapat untuk menguasai hawa nafsunya.
2. Manusia memiliki kesadaran intelektual dan seni. Manusia dapat mengembangkan pengembangan dan teknologi sehingga menjadikan ia sebagai makhluk berbudaya.
3. Manusia memilki kesadaran diri.
4. Manusia adalah makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk hidup bersama-sama berorganisasi dan bernegara.
5. Manusia memiliki bahasa, simbolis baik secara tertulis maupun lisan
6. Manusia dapat menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika). Manusia memilki mata hati / hati nurani.
7. Manuisa dapat berkomunikasi dengan Tuhan YME. Sebagai pencipta alam semesta.
Ciri-ciri tersebut sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Dengan ciri-ciri itulah manusia dapat dididik dan dapat memperbaiki perilakunya. Hanya manusialah yang dapat didik dan memungkinkan dapat menerima pendidikan.
Pendidikan yang dilakukan binatang-binatang tidak sama dengan pendidikan yang dilakukan manusia. Manusia mempunyai kelebihan dari binatang. Binatang “mendidik” anaknya secara instingtif. Kepandaian mendidik yang ada pada binatang bukan karena dipelajari dari binatang lain, melainkan kepandaian yang sudah ada pada tiap-tiap jenis binatang dan sifatnya tetap. Belajar demikian dalam psikologi disebut belajar instingtif. Ada pula jenis binatang yang dapat dilatih untuk melakukan sesuatu tetapi hasil atau prestasi dari latihan. Latihan itu sifatnya tetap dan tertentu. Tindakan yang dilakukan hewan secara otomatis dan tanpa rencana dan tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Jadi tindakan yang dilakukan terhadap hewan bukanlah pendidikan melainkan “dresur”.
Diantara situasi pendidikan dengan situasi dresur terdapat perbedaan. Pertama-tama, pada tindakan insting tidak terdapat pengertian tentang tujuan terakhir dan tindakan itu. Contoh : Bayi yang baru lahir, yang menyusu, tidak tahu bahwa dengan begitu ia sedang mengambil makanan, apalagi mengetahui bahwa hal itu sangat perlu untuk kelangsungan hidupnya. Jadi, disini tidak ada pandangan tentang apa yang akhirnya harus dicapai. Bayi tadi menurut terus pada nafsu. Begitu pula anjing mengejar binatang buruan karena menuruti kecendrungan bawaannya. Ia tidak dapat bertindak lain, ia didorong kesitu. Disinilah terlihat ciri kedua ciri yang pertama dari tindakan instingtif ialah tindakan itu dilakukan sekaligus tidak sesudah dipelajari beberapa percobaan; tindakan itu tidak dipelajari dan tidak berdasarkan pengalaman dari tindakan insting : tindakan itu otomatis dan tidak bebas.
Dalam situasi dresur tidak terdapat kedua ciri ini, tentu saja menyenangkan bagi yang merawat dan bagi bayi sendiri, jika ia ingin makan pada waktu-waktu tertentu dan sungguhlah menguntungkan bahwa anjing pembantu memburu kita mengejar mangsa. Tetapi, tindakan-tindakan ini menurut susila tidaklah baik dan juga tidaklah buruk. Karena hal itu hanya keluar dari pengubahan buatan pada insting-insting bawaan, dengan cara pembawaan dan latihan-latihan
C. Batas-batas kemungkinan
Dalam menentukan batas-batas pendidikan, manusia akan menemui beberapa pertanyaan tentang kapan pendidikan dimulai dan bilamana pendidikan berakhir.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
اطلب العلم من المهد الى اللحد
“Carilah ilmu daria buaian sampai lliang lahat”
Dan juga pernah kita temukan satu istilah dalam bahasa Inggris yang menyatakan : “long live education” yang artinya pendidikan seumur hidup.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia. Sepanjang ia mampu menerima pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.
Namun dalam mengalami proses pendidikan, manusia akan mendapat pendidikan, dimana akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu (daradjat, 2000:48).
1. Kapan pendidikan itu dimulai ?”
Pedidikan dimulai dengan pemeliharaan yang akan merupakan persiapan kearah pendidikan nyata yaitu pada minggu dan bulan pertama anak dilahirkan. Sedangkan pendidikan yang sebelumnya baru saja terjadi kemudian. Pendidkan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat murni, sebab pada pendidikan murni di perlukan adanya kesadaran mental pada si terdidik. Dari segi psikologis usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa berkembang atau masa krisis. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang ketidakpatuhan yang sekaligus landasan untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Disini pulalah mulai terbuka penyelenggarakan pendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya kearah tujuan pendidikan.
2. Bila mana pendidikan itu berakhir?
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesunggunya pendidikan anak berlangsung pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapan pendidikan berlangsung untuk terakhir kalinya. Sehubungan dengan itu, perlu suatu kehati-hatian kalau ingin menga-takan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku, proses pendidikan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir bersifat prinsipel dan tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya, pada kondisi yang disebutkan diatas pendidikan sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri tetapi tidaklah dapat disangkal bahwa mungkin juga diperlukan untuk tetap menerima ajaran dalam bidang-bidang tertentu dalam memajukan kehidupannya. Bantuan pendidikan yang demikian itu disebut pembentukan manusia dewasa. Adapun secara umum yang disebut manusia dewasa yaitu :
a. Manusia mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantungan diri pada orang lain
b. Manusia yang bertanggung jawab, yaitu manusia yang dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatannya
c. Manusia yang telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan dan sekaligus memiliki kesanggupan untuk melaksanakan norma dan norma tersebut.
D. Pandangan Islam
1. Pandangan Islam terhadap pendidikan
Agama Islam mempunyai misi untuk memberikan rahmat kepada makhluk sekalian alam agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Ayat Al-Quran menyatakan :
وما ارسلناك الا رحمة للعالمين
Artinya:
“Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan memberi rahmat untuk semesta alam”
Ini mengandung pengertian tentang hakikat misi Islam tersebut, sebagai pembawa misi, Islam menunjukkan implikasi-implikasi pendidikan yang bergaya imeperatif, motivatif dan persesuasive.
Adapun beberapa prinsip yang mendasari pandangan tersebut adalah yaitu:
a. Nilai-nilai yang mendasari pandangan tersebut yaitu muslim, baru dapat terserap bilamana ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan yang baik.
b. Tujuan hidup manusia muslim untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat baru benar-benar disadari dan dihayati bilamana dibina melalui proses pendidikan yang berkesinambungan.
c. Posisi dan fungsi manusia sebagai hamba Allah baru dapat dipahami dan dihayati bilamana ditanamkan kesadaran tentang perlunya sikap orientasi berhubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam sekitar serta dengan dirinya sendiri
d. Kelengkapan-kelengkapan dasar yang diberikan dalam diri manusia berupa fithrah. Kelengkapan dasar tersebut tidak mungkin dapat berkembang bila tidak didukug melalui proses pendidikan secara optimal.
e. Secara universal, membudayakan manusia melalui agama tanpa melalui proses kependidikan akan sulit direalisasikan karena pendidikan adalah sarana membudayakan manusia.
Inilah esensi dari implikasi Islam yang menitikberatkan pada proses pendidikan manusia dalam rangka konservasi dan transformasi serta internalisasi nilai-nilai dalam kehidupan seperti yang dikehendaki oleh agama Islam agar mereka tetap berada dalam Islam sampai meninggal dunia (Arifin, 2006:33)
Pendidikan memiliki nilai strategis bagi Islam bagaimana Islam dapat disebarluaskan oleh Rosulullah kepada Umat manusia bila tanpa lewat pendidikan dan pengajran, baik secara tulisan, lisan maupun perbuatan (demonstrasi). Bahkan Rosulullah dalam suatu riwayat memerintahkan pembebasan tawanan perang badar, uhud dan lainnya dengan tebusan mengajar baca tulis kepada kaum muslimin.
Prof. Dr. Athiyah Al-Abrasi menyebutkan perlu diselengga-rakan pendidikan untuk menanamkan akhlaq yang mulia, menanamkan fadlillah kedalam jiwa siswa, membiasakan mereka berpegang kepada moral yag luhur dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara istilah dan insaniyah (pri Kemanusiaan) serta mempergunakan waktunya untuk belajar ilmu-ilmu duniawi dan agama tanpa memandang keuntu-ngan-keuntungan materi (Athiyah Al-Abrasi, 1970), demikian halnya pendapat Prof. Dr. Mahmud Yunus (1978). Berikut ayat Al-Qur’an yang mengandung implikasi kependidikan:
•
Artinya:
“sesungguhnya didalam kejadian langit dan bumi terdapat tanda-tanda (kebenaran Allah) bagi orang-orang yang berakal” (Qs. Ali imron :190)
Banyak nash-nash dalam Al-Qur’an ataupun Hadits yang menyiratkan pentinnya pendidikan bagi pembentukan kepribadian dan memahami ilmu pengetahuan. Sepearti dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf: 179
•
”Dan sesungguhnya kami jadikan untuk mereka jahanam, kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati (tetapi) tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah) dan mereka mempunyai telinga(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, Bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Ayat di atas merupakan teguran keras dari Allah SWT terhadap orang yang tidak mau menggunakan indera & potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan ketaqwaan diri kepada-Nya, karena dengan lewat indera tersebut bertambah ilmu pengetahuannya.
Dan hadits riwayat dari As’ad bin Syar’i :
كل مولود يولد على الفطرة حتى يعرب عنه لسانه فأبواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه
“setiap anak dilahirkan atas fitrah hingga fasih lisannya, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti, 1958 :255)
2. Pandangan orang Islam terhadap manusia.
Manusia adalah makhluk Allah, ia dan alam semesta bukan terjadi dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Allah. Firman Allah:
•
Artinya:
“Allah lah menciptakan kamu, kemudian memberikan rizki, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (kembali di akhirat) “ (Qs. Ar-Rum : 40)
Melalui ajaran inilah kita melihat dan mengetahui pandangan Islam menenai manusia. Prof. Dr. Omar Muhammad At-Taumi Al Syaibani memperinci pandangan Islam terhadap manusia itu atas 8 prinsip:
1. Kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk termulia didalam jagat raya ini.
2. Kepercayaan akan kemuliaan manusia.
3. Kepercayaan bahwa manusia adalah hewan yang berfikir.
4. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunai 3 dimensi yaitu badan akal dan ruh
5. Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktor warisan (pembawaan) dan alam lingkungan.
6. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai motivasi dan kebutuhan.
7. Kepercayaan bahwa ada perbedaan perseorangan di antara manusia.
8. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai keluhan sifat dan selalu berubah.
Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam akan kita lihat 3 titik :
1. Manusia sebagai Makhluk yang mulia.
2. Manusia sebagai Khalifah Allah di bumi.
3. Manusia sebagai Makhluk paedagogik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan Sebagai berikut:
a. Pandangan pendidikan tentang manusia sebagai animal education adalah pandangan pendidikan tentang hakekat manusia sebagai makhluk yang secara biologis, fisik, tidak jauh beda dengan hewan, tetapi dapat membedakan dirinya dengan hewan dengan usaha yang bersifat pendidikan.
b. Alasan yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan adalah karena manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya.
c. Alasan mengapa manusia dapat dididik karena manusia adalah makhluk sosial.
d. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia sepanjang ia mampu menerima pengaruh.
e. Pandangan Islam terhadap pendidikan yaitu nilai-nilai yang mendasari pandangan tersebut yaitu muslim, baru bisa ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan yang baik.
f. Pandangan pendidikan terhadap manusia yaitu kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk termulia di alam jagat raya ini.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan kekhilafan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gielen, Prof. J dan Strasser, Prof. S. 1960, Ilmu Mendidik, Bagian A dan B Dasar-Dasar Pendidikan, diterjemahkan oleh PTPG / IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Panitia Buku Untuk Pendidikan Guru, 1967; Ilmu Mendidik, Bandung : Panitia Buku Untuk Pendidikan Guru.
3. Purwanto, ngalim, Drs. M. 1972, Ilmu Pendidik, Paket Pengajaran Pada Proyek Kerja Sama PT Stanvac-Indonesia , Pendopo, dengan IKIP Jakarta.
4. Purwanto, ngalim, Drs. M. 1984, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Karya.
5. http://m- arif–am.blogspot.com/2010/09/drs–m–arif–am–ma–html.
6. http://enjabpunya.blogspot.com/2010/01/manusia–disebut–dengan–animal–education–html.
Ini adalah sebuah hari yang indah , artikel yang sangat bermanfaat sekali dimana kamu bisa menemukan bagaimana cara hidup lebih baik.
Sebagaimana orang yang sudah dulu tentunya.
Batik Couple Sarimbit